Entri Populer

Kamis, 16 Desember 2010

Makin Halus Abu Vulkanik, Makin Bahaya

Abu vulkanik akibat letusan Gunung Merapi yang menghujani kawasan Yogyakarta dan sekitarnya semakin menebal. Ini jelas menjadi ancaman serius bagi warga yang bermukim di sana.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), paparan abu vulkanik sangat membahayakan warga yang mengirupnya. Ancaman paling umum adalah gangguan pernapasan.
Berdasar paparan WHO saat terjadi letusan Gunung Eyjafjallajökull di Islandia lalu, abu vulkanik gunung berapi umumnya terdiri dari partikel fragmen batuan halus, mineral, dan kaca dengan karakter keras, kasar, korosif dan tidak larut dalam air.
Partikel abu sangat kecil sehingga mudah tertiup angin hingga ribuan kilometer. Yang paling berpotensi merusak tubuh adalah partikel abu terkecil yang mencapai kurang dari 1/100 milimeter. Ini berbahaya karena mudah menembus masker kain dan masuk ke paru-paru.
Seseorang dengan bronkhitis, emfisema dan asma disarankan mengurangi aktivitas di luar ruang karena paparan abu vulkanik bisa memperparah gangguan kesehatan.
WHO mengatakan, konsentrasi abu vulkanik setiap gunung berapi berbeda, tergantung kondisi alam seperti suhu udara dan angin. "Saran kami adalah mendengarkan insruksi kesehatan pejabat setempat," kata Dr Maria Neira, Direktur Department Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan WHO.
"Jika mengalami iritasi atau sakit di tenggorokan dan paru-paru, pilek, atau mata gatal, sebaiknya segera kembali rumah dan membatasi kegiatan di luar ruang," Neira menambahkan.
Dikutip dari:
http://kosmo.vivanews.com/news/read/187102-makin-kecil-ukuran-abu-vulkanik-makin-bahaya

Bahaya Zat Kimia bagi Kesehatan

Di satu sisi zat kimia membuat kehidupan anda menjadi lebih baik, tetapi di sisi lain bisa mengerogoti kesehatan anda. Mulai dari menghilangkan jamur di karpet dan terhindar dari gigitan serangga atau lainnya zat ini punya kelemahan sehingga merusak jaringan dalam tubuh anda. Zat kimia buatan manusia berupa barang-barang yang kontak dengan anda pada kehidupan sehari-hari bisa membahayakan kesehatan.
Jika anda menyimpan makanan dalam wadah plastik yang bukan terbuat dari plastik dan bukan food grade bisa dikatakan tidak aman.
Sejauh anda menyimpan makanan dalam wadah plastik aman yang kondisinya masih baik, maka bisa terhindar dari zat kimia yang beracun dan dapat membocorkan zat kimia toksik ke dalam makanan. Jika wadah plastik cukup porous dalam menyerap saus tomat, mudah baret, mengelupas atau melepuh, berarti saatnya untuk dibuang. Pilihlah wadah plastik dengan label yang mengatakan aman untuk microwave serta menyimpan makanan yang akan dipanaskan lagi.
Alat masak dengan lapisan anti lengket juga dapat membahayakan kesehatan, sebaiknya tangani alat masak tersebut secara tepat. Karena uap yang keluar dari lapisan yang rusak bisa berbahaya, dan hanya terjadi bila lapisan anti lengket itu tergores atau dipanaskan dengan suhu yang terlalu tinggi. Gunakan panas sedang pada kompor, maksimum 450 derajat fahrenheit (232 derajat celcius) pada oven. Bila anda hanya menggunakan alat masak plastik atau kayu untuk memasak atau dengan alat masak anti lengket, sebaiknya bersihkan dengan sponge khusus yang dirancang untuk lapisan anti lengket.
Bila anda menggunakan busa bantal perabot, sebaiknya berhati-hatilah karena kandungan zat kimia ‘polybrominated diphenyl ethers (PBDEs) ternyata lambat dalam pembakarannya pada alat tersebut, sehingga pada jangka panjang dapat mengganggu fungsi thyroid serta liver jika terhirup dalam jumlah besar. Sebaiknya ganti busa bantal yang sudah tua dan jika perabot anda mempunyai bantal busa yang menempel di dalam, siasatilah agar debu tidak terbang keluar dengan sarung penutup baru.
Mulailah mengkonsumsi buah dan sayuran yang ditanam secara organik karena kandungan pestisidanya dibanding produk yang ditanam secara konevensional. Memang harganya jauh lebih mahal, tetapi bukan berarti anda tidak harus makan semua yang serba organik untuk menurunkan pajanan pestisida. Dengan mengkonsumsi buah dan sayuran yang organik, maka anda akan terhindar terpajan zat kimia beracun penyebab kanker.

 Dikutip dari:

Efek rumah kaca

Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama planet atau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca, tapi artikel ini hanya membahas pengaruh di Bumi. Efek rumah kaca untuk masing-masing benda langit tadi akan dibahas di masing-masing artikel.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.
          Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya.
Energi yang masuk ke Bumi:
·    25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
·    25% diserap awan
·    45% diserap permukaan bumi
·    5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi
          Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
          Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
          Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.

Dikutip dari: